Ilustrasi pemanasan global. (batuhan toker/Getty Images/iStockphoto)
Ilustrasi pemanasan global. (batuhan toker/Getty Images/iStockphoto)

RINDANG, JAMBI | Upaya menekan emisi gas rumah kaca di Indonesia terus dilakukan. Salah satunya dengan membangun tower pemantauan.

Upaya menekan gas rumah kaca itu ditunjukkan BMKG dengan membangun tower Gas Rumah Kaca (GRK) dan pos pemantauan GRK di beberapa wilayah Indonesia.

Salah satu tower yang dibangun itu berada di Jambi dengan tinggi 100 meter yang diresmikan, Kamis (18/7/2024).

Tower dan pos pemantauan itu akan berkontribusi pada data yang akurat untuk menekan emisi gas rumah kaca dan menahan laju perubahan iklim.

“BMKG mengembangkan program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) untuk membantu upaya menekan emisi dan serapan gas rumah kaca berdasarkan observasi dan sains terkini,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam peresmian Tower GRK 100 meter di Jambi, Kamis (18/7/2024) dikutip dari bmkg.go.id.

Implementasi kedua program tersebut diwujudkan melalui pembangunan tower untuk mengamati gas rumah kaca yang hasilnya akan dilakukan perhitungan melalui model kimia atmosfer.

Tower GRK 100 meter di Jambi sendiri adalah tower kedua dan merupakan perluasan jaringan pengamatan Tower Tinggi 100 meter pertama di Bukit Kototabang, Sumatera Barat yang telah diresmikan pada Maret 2023 lalu.

Hingga saat ini BMKG telah melakukan pemantauan GRK di enam lokasi. Tiga lokasi sebagai daerah background (pengamatan udara bersih yang jauh dari pengaruh aktivitas manusia), yaitu Bukit Kototabang di Sumatera, Lore Lindu Bariri di Sulawesi, dan Sorong di Papua. Dua lokasi sebagai representasi pengamatan daerah urban dilakukan di BMKG Pusat di Jakarta dan Cibeureum di Bogor.

Sementara itu di Muaro Jambi difungsikan untuk pengamatan jangka panjang interaksi yang kuat antara atmosfer dan ekosistem hutan di Sumatera dan pengamatan daerah yang terdampak oleh karhutla.

BMKG menyebut langkah nyata itu juga bentuk dukungan untuk memberikan data akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *