Rindang.ID | Sebagai Cagar Biosfer dunia Kawasan Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah punya keunikan tersendiri. Di antaranya menjadi habitat satwa endemik Sulawesi.
Satwa-satwa endemik di TN Lore Lindu merepresentasikan kekayaan hayati khas Wallacea.
Berikut beberapa satwa endemik berstatus dilindungi yang mendiami TN Lore Lindu. Satwa-satwa ini menjadi fokus untuk ditingkatkan populasinya.
1. Anoa (Bubalus sp.)
Satwa liar yang satu ini adalah jenis mamalia dari famili Bovidae (kerabat kerbau). Itu sebabnya satwa ini juga dikenal sebagai kerbau kecil.
Ada dua jenis Anoa di TN Lore Lindu yakni Anoa gunung (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).
Ciri yang paling khas dari satwa ini adalah ukuran tubuh kecil sekitar 70 sampai 100 cm, berbulu hitam kecoklatan, kadang dengan garis putih di wajah atau kaki. Sementara bentuk tanduknya lurus pendek dan sedikit melengkung ke belakang.
Anoa sangat pemalu dan jarang terlihat, namun juga memiliki sifat agresif jika merasa terancam.
Berdasarkan survei populasi satwa tahun 2022 oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) dengan menggunakan kamera trap, jumlah satwa ini diperkirakan tersisa 55 ekor.
Status konservasi melekat pada Anoa lantaran terancam punah (Endangered).
2. Babirusa (Babyrousa celebensis)
Babirusa adalah jenis mamalia, famili Suidae (kerabat babi). Gigi taring menjadi ciri khasnya dan pembeda dari babi pada umumnya. Gigi taring jantan tumbuh menembus kulit moncong dan melengkung ke arah kepala.
Pembeda lainnya adalah tubuhnya yang cenderung langsing dengan kulit abu-abu tanpa bulu lebat. Ukuran kakinya juga lebih panjang dibanding babi umumnya yang membuatnya mirip rusa.
IUCN melabeli satwa ini dengan status konservasi atau Rlrentan (Vulnerable).
Di antara satwa lain di TN Lore Lindu, kini Babirusa menjadi yang paling sulit ditemui. Survei terakhir tahun 2022 dengan kamera trap oleh Balai Besar TN Lore Lindu juga belum mendapat visual satwa ini.
3. Tarsius
Tarsius adalah primata terkecil di dunia dengan panjang tubuh sekitar 10 sampai 15 cm, yang nokturnal.
Ciri khasnya adalah mata besar yang tidak bergerak (untuk melihat di malam hari) dan punya ekor panjang, sedangkan kepalanya bisa berputar hampir 180 derajat.
Status konservasi juga melekat pada satwa unik ini lantaran populasinya yang rentan hingga terancam.
Tarsius Sulawesi dikenal karena suara panggilannya yang khas dan menjadi indikator kesehatan ekosistem hutan.
Survei populasi menggunakan kamera trap tahun 2022 oleh BBTNLL berhasil mendokumentasikan 27 ekor tarsius.
4. Maleo (Macrocephalon Maleo)
Satwa ini adalah burung endemik Sulawesi, famili Megapodiidae. Ukurannya sedang dengan panjang sekitar 55 cm.
Tubuhnya berwarna hitam dan putih, kepala berjambul, dan wajah kemerahan. Burung yang tak bisa terbang ini menggunakan panas bumi atau matahari untuk menetaskan telurnya.
Satwa ini juga terancam punah (Endangered) dan berstatus konservasi. BBTNLL mencatat hingga tahun 2022 terdapat 82 individu maleo di kawasan TN Lore Lindu.