RINDANG | Pemanasan global atau warming global kerap disandingkan dengan perubahan iklim atau climate change. Dua istilah ini, belakangan bahkan menjadi sangat kerap terdengar dalam berbagai kesempatan.
Banyak yang sudah mengulasnya. Sebaginnya bisa dipahami, dan tak sedikit yang gagal paham karena bisa jadi terlalu teknis dalam istilah. Lebih dari itu, banyak aksi-aksi yang dilakukan, kecil-kecil saja, sederhana, namun bisa berdampak besar bila semua orang berkontribusi.
Pemanasan global merupakan permasalahan yang harus diselesaikan oleh seluruh komunitas dunia. Pemanasan global (global warming) adalah proses di mana suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi meningkat.
Studi berkelanjutan yang dilakukan lembaga Goddard NASA, suhu global rata-rata Bumi telah meningkat sebesar 0,8 derajat Celsius atau 1,4 derajat Fahrenheit sejak tahun 1880. Sejak dimulainya Revolusi Industri, pembacaan termometer telah meningkat secara terus menerus.
Jika pemanasan global terus terjadi maka, maka dalam seratus tahun ke depan Bumi akan mengalami perubahan iklim yang mengancam kehidupan. Suhu Bumi yang tinggi dapat menyebabkan es daratan mencair dan permukaan air laut meningkat. Akibatnya, kota-kota yang berada di sekitar pesisir berisiko tenggelam. Pesisir Utara Jakarta bahkan digadang-gadang akan tenggelam dalam beberapa tahun mendatang.
Perubahan iklim juga memantik munculnya fenomena cuaca ekstrim, seperti banjir, badai hingga kekeringan. Pola presipitasi juga akan mengalami perubahan yang signifikan dengan risiko terburuk berupa kelangkaan air, kematian tumbuhan dan hewan yang mengancam rantai makanan.
Pemanasan global yang terus terjadi, menjadi pemicu berbagai bencana alam, bencana sosial, dan kelangkaan bahan pangan.
Penyebab Pemanasan Global
Penyebab utama pemanasan global adalah polusi dan emisi karbon dioksida yang terperangkap di permukaan Bumi dan atmosfer. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkap, bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara merupakan penyumbang terbesar perubahan iklim global.
1. Bahan Bakar Fosil
Penggunaan bahan bakar fosil setidaknya menyumbang lebih dari 75 persen emisi gas rumah kaca dan 90 persen dari emisi karbon dioksida (CO2). Padahal bahan bakar fosil digunakan hampir di seluruh dunia khususnya untuk keperluan industri dan manufaktur.
2. Industri
Bahan bakar fosil berfungsi dalam membuat produk-produk konsumsi seperti semen, besi, baja, elektronik, listrik, plastik, pakaian, dan barang-barang lainnya. Selain itu, pertambangan dan proses industri lain yang menggunakan bahan kimia tertentu juga melepaskan gas rumah kaca yang kuat seperti klorofluorokarbon (CFC).
3. Penebangan Hutan (Deforestasi)
Kondisi lain adalah maraknya penebangan hutan atau deforestasi. Hutan berfungsi sebagai penyaring karbon dioksida. Sayangnya, setiap tahun PBB mencatat bahwa ada 12 juta hektar hutan dihancurkan, baik untuk keperluan pertanian, pemukiman, industri, dan alasan lain.
4. Pertanian dan Peternakan
Produksi pangan, terutama dari peternakan sapi, menghasilkan metana (CH4), gas rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2. Penggunaan pupuk kimia juga melepaskan nitrogen oksida (N2O).
5. Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan, seperti urbanisasi dan pembangunan infrastruktur, dapat mengurangi vegetasi yang menyerap CO2 dan meningkatkan panas melalui efek urban heat island.
6. Peningkatan Konsumsi dan Produksi
Gaya hidup modern yang mengandalkan barang-barang konsumsi dan produksi massal meningkatkan permintaan energi dan emisi gas rumah kaca.
Cara Mengatasi
Meski begitu, masih ada usaha yang bisa dilakukan untuk menanggulangi pemanasan global. Usaha-usaha ini berkaitan upaya dengan mengurangi emisi karbon, menghemat penggunaan bahan bakar fosil, serta upaya menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pemanasan global:
1. Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Sebisa mungkin menggunakan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang dapat menimbulkan polusi.
2. Menghemat BBM
Menghemat efisiensi bahan bakar kendaraan, bisa dengan menggunakan kendaraan umum atau beralih ke jenis kendaraan non emisi seperti sepeda atau kendaraan listrik.
3. Reforestasi
Mengurangi penebangan hutan atau deforestasi dan menanam lebih banyak pohon, yang disebut dengan reforestasi. Tujuan menanam kembali hutan yang telah rusak dan menanam pohon di lahan yang tidak digunakan adalah untuk meningkatkan penyerapan CO2.
4. Kurangi CFC
Mengurangi konsumsi produk-produk yang mengandung chloro-fluorocarbons (CFCs) dan beralih menggunakan produk yang ramah lingkungan. Ini termasuk juga mengurangi limbah plastik dengan mengurangi penggunaannya dan melakukan daur ulang.
5. Melakukan Penghijauan
Mendukung kegiatan penghijauan dan pelestarian alam. Melakukan reboisasi, serta mencegah terjadinya penebangan pohon.
6. Hemat Energi di Rumah
Sebagian besar listrik dan panas yang dipakai untuk kebutuhan sehari adalah dari dihasilkan batu bara, minyak, dan gas. Karenanya pergunakan lebih sedikit energi dengan meminimalkan kebutuhan memanaskan dan mendinginkan suhu, seperti beralih ke bola lampu LED dan peralatan listrik hemat energi, mencuci pakaian dengan air dingin, atau memilih menjemur cucian daripada menggunakan mesin pengering.
7. Mengurangi Konsumsi Daging
Produksi daging, terutama daging sapi, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Mengurangi konsumsi daging dapat membantu mengurangi emisi ini.
8. Mengelola Sampah dan Limbah
Meningkatkan tingkat daur ulang dan mengurangi produksi sampah, terutama plastik. Selain itu, juga dapat mengelola limbah organik dengan cara kompos untuk mengurangi emisi metana dari tempat pembuangan sampah.
9. Kampanye Kesadaran
Meningkatkan kesadaran publik tentang pemanasan global dan mengedukasi tindakan yang dapat diambil untuk mengatasinya.
Mencegah dan Meminimalisir
Meminimalisir pemanasan global memerlukan tindakan pencegahan serta mitigasi yang dapat diterapkan oleh individu, komunitas, perusahaan, dan pemerintah. Beberapa cara atau usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pemanasan global antara lain:
1. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Beralih menggunakan energi terbarukan dan sumber energi yang ramah lingkungan seperti energi matahari, angin, dan biomassa, menggunakan peralatan listrik yang hemat energi dan menerapkan praktik hemat energi di rumah dan tempat kerja. Serta memilih menggunakan transportasi umum, bersepeda, berjalan kaki, atau kendaraan listrik.
2. Perubahan Gaya Hidup dan Konsumsi
Ini bisa dilakukan dengan diet ramah lingkungan, seperti mengurangi konsumsi daging dan produk hewani, serta lebih memilih produk lokal dan organik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, daur ulang bahan-bahan yang dapat didaur ulang, dan kompos limbah organik.
3. Konservasi dan Pengelolaan Lahan
Tanam pohon dan dukung proyek penghijauan untuk menyerap CO2 dari atmosfer, serta ikut berpartisipasi mencegah deforestasi dengan mendukung kebijakan perlindungan hutan dan menggunakan produk yang tidak menyebabkan deforestasi.
4. Mendukung Inovasi dan Teknologi Terbarukan
Mendukung penelitian dan pengembangan teknologi energi bersih yang lebih efisien, terjangkau, dan ramah lingkungan.
5. Beradaptasi terhadap Perubahan Iklim
Pemerintah dapat membangun infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana alam, serta merancang kota dengan ruang hijau yang cukup dan sistem transportasi yang efisien untuk mengurangi jejak karbon.
6. Mengelola Sumber Daya Air dan Pertanian
Menerapkan teknik pengelolaan air yang efisien dan ramah lingkungan untuk mengurangi konsumsi air. Sementara di bidang pertanian bisa mulai menggunakan teknik pertanian yang meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan. (bmz/*)