Konferensi pers gelaran Festival Film Tengah yang digelar di Sekretariat Sinekoci, Sabtu (2/8/2025). (Foto: Heri/rindang.ID)

Menanti Festival Film Tengah: Ruang Temu Kreatifitas Film dalam Layar Museum Sulawesi Tengah

PALU, rindang.ID | Festival Film Tengah siap digelar pada 7 hingga 10 Agustus 2025 di Gedung Museum Sulawesi Tengah.

Festival ini akan menjadi ajang pertemuan lintas disiplin film yang tidak hanya menampilkan karya sineas lokal, tetapi juga menarik minat pembuat film dari berbagai belahan dunia.

Dalam konferensi pers yang digelar Sabtu (2/8/2025) di kantor komunitas film Sinekoci, Jalan Tamako, Kota Palu, panitia mengumumkan rangkaian kegiatan dan semangat yang diusung dalam festival film pertama di Sulawesi Tengah ini.

Sarah Adilah, Manajer Festival, mengatakan bahwa selain pemutaran film, pihaknya juga menggelar kompetisi film untuk umum dan pelajar Sulawesi Tengah. Kompetisi ini akan dinilai oleh juri-juri dari Sulawesi Tengah maupun dari luar daerah.

Film-film yang ditayangkan mencakup berbagai bentuk ekspresi, mulai dari film bunyi (sound only), performen, dokumenter, naratif, video klip, hingga animasi.

Sementara itu, Programmer Festival, Adi Atmaja, menjelaskan bahwa untuk memperluas jangkauan dan pengenalan film-film independen, penayangan film juga akan dilakukan secara daring melalui platform streaming. Langkah ini diharapkan menjangkau lebih banyak penonton dan membuka ruang dialog lebih luas tentang produksi film alternatif.

Direktur Festival, Ifdhal Permana, mengungkapkan bahwa sejumlah sineas internasional telah menyatakan ketertarikannya untuk terlibat, termasuk dari Meksiko, Arab Saudi, Afrika, Taiwan, dan India.

Menurutnya, keikutsertaan mereka menjadi momentum penting untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pengembangan film independen, khususnya di wilayah Sulawesi Tengah.

“Festival ini akan menunjukkan semangat kreatif Sulawesi Tengah melalui film. Kami ingin mendorong perspektif baru bahwa membuat film tidak harus bergantung pada peralatan mahal,” ujar Ifdhal.

Ia menilai, anggapan bahwa ‘film bagus harus dibuat dengan alat bagus’ justru menghambat pertumbuhan film independen.

Artistik Festival, Taufiqurahman Kifu, menjelaskan bahwa kurasi film dalam festival ini berfokus pada kekuatan konteks lokal dan artikulasi yang jelas dari tiap karya. Pendekatan ini, menurutnya, penting untuk mengakomodasi keunikan berbagai jenis film dan membuka ruang bagi lebih banyak karya untuk tampil.

Penamaan “Festival Film Tengah” sendiri diambil dari hasil diskusi panjang. Kata “Tengah” dipilih sebagai simbol dari titik temu berbagai disiplin film yang berbeda, sekaligus mencerminkan posisi geografis dan kultural Sulawesi Tengah sebagai ruang kreatif yang terbuka.

Festival ini diharapkan menjadi titik awal munculnya ekosistem film independen yang kuat dan berkelanjutan di Sulawesi Tengah.

Selain menjadi ajang apresiasi karya, Festival Film Tengah juga menjadi ruang bertemu, bertukar, dan belajar bagi para pembuat film dan pecinta sinema dari berbagai latar belakang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top