Warga membawa bibit pohon bambu untuk ditanam di daerah aliran Sungai Lambara, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (22/5/2024). (Foto: rindangID/Basri Marzuki)
Warga membawa bibit pohon bambu untuk ditanam di daerah aliran Sungai Lambara, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (22/5/2024). (Foto: rindangID/Basri Marzuki)

Inisiatif DLH Kota Palu di Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia

“Makanya inisiatif ini kita laksanakan di Sungai Lambara dan kami memilih pohon bambu karena bambu diketahui memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa menahan abrasi,” ungkap Kadis Lingkungan Hidup Kota Palu, Mohamad Arif didampingi Sekretaris DLH, Ibnu Mundzir di sela-sela penanaman bibit pohon bambu itu di bantaran Sungai Lambara.

PALU, RINDANG | Be part of Plan, atau jadilah bagian dari rencana. Begitu tema besar peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia atau atau International Day for Biological Diversity/IDB yang diperingati setiap 22 Mei. IDB dicanangkan oleh PBB untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran terkait isu keanekaragaman hayati.

Melansir laman cbd.int, tema tersebut berisi seruan bagi semua pemangku kepentingan untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati. Agenda tersebut sejalan dengan implementasi kerangka keanekaragaman hayati global, Kunming – Montreal. Disebut juga sebagai rencana keanekaragaman hayati yang mendorong peluang kerjasama dan kemitraan bagi beragam aktor.

Aktor itu adalah pemerintah, masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, legislator, swasta hingga individu didorong untuk saling bekerjasama untuk mendukung pelaksanaan rencana keanekaragaman hayati sebagai kesempatan untuk menjaga momentum melindungi dan memulihkan alam dan lingkungan. Selain itu, menikmati manfaat secara adil, mendorong investasi dalam perlindungan serta peningkatan kolaborasi.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu mengimplementasikan Be Part of Plan di Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia itu dengan menginisiasi penanaman 500 bibit pohon bambu di bantaran Sungai Lambara, Kelurahan Lambara, Tawaili, Kota Palu pada Rabu (22/5/2025).

Bukan tanpa alasan, Sungai Lambara karena faktor alam dan juga campur tangan manusia menjadi salah satu sungai yang terus mengalami abrasi. Jika tidak dilakukan penanganan, ia bisa menjadi ancaman serius bagi warga sekitarnya.

“Makanya inisiatif ini kita laksanakan di Sungai Lambara dan kami memilih pohon bambu karena bambu diketahui memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa menahan abrasi,” ungkap Kadis Lingkungan Hidup Kota Palu, Mohamad Arif didampingi Sekretaris DLH, Ibnu Mundzir di sela-sela penanaman bibit pohon bambu itu di bantaran Sungai Lambara.

Ini momentum lanjut Kadis Mohamad Arif karena kampanye atau seruan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hampir terdengar di setiap saat, begitu pula dorongan untuk mengajak semua pihak untuk terliabt di dalamnya.

“Karena itu kami mengajak berbagai pihak mulai dari TNI, Polri, OPD, mahasiswa, pecinta alam, organisasi lingkungan, bahkan pekerja padat karya kebersihan untuk sama-sama “mengeroyok” barang ini, mari kita bersama-sama menanam bambu ini agar abrasi itu tidak semakin mengancam,” jelasnya.

Asisten Bidang Ekonomi dan pembangunan Setda Kota Palu, dr Husaema (kanan) bersama Sekretaris DLH Kota Palu, Ibnu Mundzir (kiri) menanam bibit pohon bambu di bantaran Sungai Lembara, Tawaili, Palu, Rabu (22/5/2024) dalam rangkaian Hari Keanekaragaman hayati Sedunia. (Foto: rindangID/Basri Marzuki)
Asisten Bidang Ekonomi dan pembangunan Setda Kota Palu, dr Husaema (kanan) bersama Sekretaris DLH Kota Palu, Ibnu Mundzir (kiri) menanam bibit pohon bambu di bantaran Sungai Lembara, Tawaili, Palu, Rabu (22/5/2024) dalam rangkaian Hari Keanekaragaman hayati Sedunia. (Foto: rindangID/Basri Marzuki)

Pemkot Palu pun tidak mematok usaha penataan dan perbaikan lingkungan sebagai tanggungjawab DLH semata, melainkan seluruh OPD diberi tugas dan peran masing-masing. Kolaborasi dan sinergi menjadi kata kuncinya, tandas Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Palu, dr Husaema yang mewakili Wali Kota Palu pada kegiatan penanaman itu.

dr Husaema dalam sambutan tertulis Wali Kota yang dibacakannya bahkan mengatakan, substansi oeringatan hari kenakeragaman hayati sebenarnya adalah mengingatkan tentang potensi ancaman hilangnya kenakeragaman hayati yang dapat menyebabkan bencana, dan di saat yang sama, keberadaan keanekaragaman hayati merupakan alat dan bahan yang hebat untuk melawan berbagai ancaman bencana itu.

“Salah satu masalah yang terkait dengan keanekaragaman hayati adalah berkurangnya spesies secara signifikan akibat aktivitas manusia, bahkan hilangnya kenakaragaman hayati yang nyata sebagai aset global yang sangat berharga untuk generasi yang akan datang,” kata Husaema.

Maka menurutnya, perlu untuk terus menjaga lingkungan sebagai bagian dari upaya pelestarian keanekaragaman hayati, perlu terlibat dalam peningkatan kesadaran publik tentang topik ini. Negara Indonesia, dianugrahi kekayaan alam yang luar biasa, bahkan dijuluki mega biodiversity atau negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat besar dan tingkat endemik yang sangat tinggi.

Lebih dari 10 persen keanekaragaman flora dan fauna dimuka bumi, ditemukan di Indonesia, termaksud babi rusa, tarsius, anoa, ribuan spesies burung dan spesies tanaman.

“Hutan kita merupakan rumah bagi 12 persen mamalia dunia, 16 persen reptil dan ampibi, serta 17 persen spesies burung.  Lebih dari 10.000 spesies pohon tercatat tumbuh diseluruh Indonesia, dan masih lebih banyak lagi spesies yang menunggu untuk ditemukan,” bebernya.

Sedangkan perairan nusantara luasnya 3,1 juta kilometer persegi yang menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi atau marine megadiversity, tercatat 700 jenis rumput laut, 450 jenis karang batu, lebih dari 1.500 jenis moluska dan lebih dari 2.000 jenis ikan.

Ia menyebutkan, Kota Palu kini konsern terhadap penerapan konsep ekonomi hijau. Dalam penerapannya, membutuhkan perubahan paradigma dan gaya hidup yang menghasilkan perasaan adil di antara berbagai kelompok masyarakat, sekaligus memberikan penghematan dan peningkatan daya guna ekonomi dalam kehidupan sehari hari.

“Ekomomi hijau dimaksudkan sebagai kemampuan untuk melibatkan masyarakat secara produktif dalam perekonomian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” sebutnya.

Sekali lagi ia mengingatkan bahwa untuk hal itu diperlukan kerjasama semua pihak agar dapat menjadikannya bagian dari kehidupan sehari hari, dari  hal sederhana semisal hemat air dan energi serta menanam pohon. (bmz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *