Warga memperhatikan aneka produk daur ulang hasil produksi Bank SAmpah Kabelotapura di Tondo, Palu, Jumat (21/2/2025). (Foto: rindang.ID/Basri marzuki)
Warga memperhatikan aneka produk daur ulang hasil produksi Bank SAmpah Kabelotapura di Tondo, Palu, Jumat (21/2/2025). (Foto: rindang.ID/Basri marzuki)

Tertatih di Jalan Terjal, Bank Sampah Kabelotapura Kini Bangkit

PALU, rindang.ID | Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, Ibnu Mundzir pada peresmian Bank Sampah Kabelotapura di Kelurahan Tondo, Jumat (21/2/2025) mengungkap, jumlah bank sampah di Kota Palu ternyata tidak lebih dari 20 unit, itu pun yang terdata. Dari yang terdata dan aktif jumlahnya lebih sedikit lagi, jumlah persisnya tidak dibeberkan, yang pasti lebih sedikit.

Jika diperinci lebih jauh lagi, yang aktif itu sebagiannya “megap-megap” alias “tertatih-tatih”. Bagaimana tidak, “jalan terjal” terus menghadangnya. Jalan terjal itu bisa jadi berbentuk kesadaran warga, kurangnya sumberdaya, lingkungan yang tidak mendukung, minimnya fasilitas, kurangnya fund supporting dan sederet masalah terjal lainnya.

Tapi bagi Bank Sampah Kabelotapura di Kelurahan Tondo yang baru menapaki legalitasnya setelah diresmikan oleh DLH Kota Palu pada Jumat (21/2/2025) pagi, jalan terjal itu akan dijadikan daya dorong untuk memberi kontribusi yang lebih besar lagi bagi pengelolaan persampahan di Kota Palu, terutama di wilayah Tondo.

“Bank Sampah Kabelotapura ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2019,” ungkap sang koordinator, Fatmawati saat menyampaikan sambutan di depan Sekretaris DLH Kota Palu, Branch Manager Bank BTN, Camat, Lurah Tondo, dan komunitas lingkungan serta mahasiswa pada seremonial peresmiannya itu.

Inisiatif pembentukannya bermula ketika digelar pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah. Dari situ, mereka yang terlibat dalam pelatihan itu bersepakat untuk sekalian saja membentuk bank sampah. Tapi sekali lagi, jalan itu tidak semulus yang dikira. Di 2022 terpaksa dilakukan perombakan pengurus agar mati surinya tidak kian berkepanjangan.

“Banyak tantangannya hingga bisa sampai di titik ini,” imbuh Fatma sembari mencoba mengingat-ingat jalan terjal bank sampah yang lokasinya berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman yang akademis itu.

“Salah satu tantangan utama kami adalah sumberdaya kami yang sangat terbatas. Kami hanya mengandalkan relawan-relawan termasuk mahasiswa. Warga umumnya tidak terbiasa membawa sampahnya ke bank sampah, melainkan harus dijemput, dan kami tidak punya cukup tenaga untuk itu,” bebernya.

Bukan itu saja, tak sedikit warga yang melihat sebelah mata usaha yang dilakukan. Memilah sampah lalu menjualnya ke bank sampah dinilai banyak menghabiskan waktu dengan imbalan yang “tidak seberapa”. Tapi mana urus kata orang, mereka terus bergerak untuk memberi kontribusi nyata, sekecil apapun itu bentuknya.

Kini dengan supporting langsung dari Bank BTN melalui program Coprorate Social Responsibilty (CSR) bertajuk BTN Ramah, Fatma melihat kendala itu menjadi peluang yang terbuka dan bahkan kebangkitan untuk bisa berbuat lebih maksimal.

Optimisme itu kian menguat dengan dukungan banyak pihak mulai dari pemerintah (DLH), komunitas pegiat lingkungan, warga setempat, termasuk dari Yayasan Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) Komisariat Untad yang sejak setahun ini telah bermitra dengannya.

Maski baru diresmikan, Bank Sampah Kabelotapura telah memiliki modal kuat. Selama ini ia telah mampu memproduksi berbagai produk daur ulang, di antaranya biofilter, lilin hingga sabun meskipun belum dipasarkan secara meluas.

“Dengan dukungan dari Bank BTN ini, Insya Allah kami optimis bisa berbuat lebih banyak lagi,” sebutnya lagi.

Ia berharap, dengan dukungan itu bank sampahnya bisa merekrut lebih banyak lagi tenaga kerja. Begitu pula dengan aneka produk yang telah berhasil diproduksinya dapat difasilitasi, terutama dalam hal izin edar dan pemasarannya.

“Kami telah memiliki 87 nasabah tetap di bank sampah, kami juga sudah bermitra dengan Dinas Binamarga untuk produk biofilter dan kami mampu mengupah tenaga kerja sampai Rp3,5 juta. Ke depan, stok sampah akan kami tingkatkan, jumlah mahasiswa dan warga setempat yang kami libatkan juga akan kami tambah,” tandas Fatma.

Atas nama Wali Kota Palu, Sekretaris DLH Kota Palu, Ibnu Mundzir mengaresiasi tinggi inisiatif yang sudah ditunjukkan pengelola Bank Sampah Kabelotapura itu. Apresiasi itu juga ditujukan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam mendukung berdirinya bank sampah tersebut.

Sekretaris Ibnu bahkan menyebut, semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat Tondo patut menjadi contoh yang baik bagi wilayah lainnya yang ada di Kota Palu. Sekiranya spirit kebaikan ini bisa menular ke wilayah lainnya, Ibnu membayangkan bagaimana lingkungan Kota Palu yang bersih di setiap penjurunya, dan berdaya ekonominya.

“Bank sampah bisa menjadi solusi yang inovatif dalam mengubah paradigma pengolahan sampah dari sekadar limbah menjadi sumberdaya yang bernilai ekonomi. Bank sampah tidak hanya berperan untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat,” kata Ibnu Mundzir.

Dengan sistem pengolahan yang baik masyarakat dapat membuang sampah yang memiliki nilai jual yang secara tidak langsung memberikan tambahan penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan.

Bank Sampah Kabelotapura yang berkolaborasi dengan BTN Ramah dan didukung oleh komunitas mahasiswa menjadi hal baru yang memberi semangat dan spirit kebaikan.

Pemkot Palu katanya akan terus mendorong program pengolahan sampah berbasis masyarakat. Selain bank sampah, juga akan memperkuat edukasi lingkungan, pengurangan plastik sekali pakai serta penerapan sistem daur ulang yang lebih efisien.

Ibnu mengajak semua komponen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan. “Mari kita jadikan kebersihan sebagai budaya, karena lingkungan yang bersih menjadi cermin dari masyarakat yang sehat dan sejahtera,” ajak Sekretaris DLH, Ibnu Mundzir. (bmz)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top