Anoa yang ditempatkan di kandang sementara di dalam TN Lore Lindu. (Foto: Heri/rindang.id)

POSO, rindangID | Seekor Anoa diserahkan warga ke pihak Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL).

Anoa itu merupakan tangkapan warga Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. Desa itu adalah salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore Lindu.

Warga menyerahkan Satwa endemik Sulawesi itu pada Maret 2024 setelah menemukannya di hutan. Penyerahan itu adalah bentuk kepedulian warga terhadap populasi Anoa yang terus menurun.

Mamalia bernama ilmiah Bubalus Sp itu hingga Minggu (29/9/2024) masih menempati rumah sementaranya di kawasan Objek Wisata Telaga Tambing atau Rano Kalimpaa di Desa Sedoa.

Anoa yang ditempatkan di kandang sementara di dalam TN Lore Lindu. (Foto: Heri/rindang.id)

Pihak BBTNLL membuat kandang sementara untuk kerbau kecil itu, sebelum nantinya dilepasliarkan.

“Saat ini Anoa tersebut dalam proses rehabilitasi dan habituasi,” kata Kabid PTN Wilayah II Makmur BBTNLL, Christianus Lamba Awang, Jumat (27/9/2024).

Anoa adalah satwa endemik dan dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK RI Nomor: P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. IUCN memasukan satwa itu dalam daftar merah atau terancam punah.

Sedangkan Convention on International Trade of Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora atau Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar memasukannya dalam daftar Appendix I yang mendapatkan perlindungan tertinggi larangan perdagangan.

Jurnalis rindang.id telah melihat langsung kondisi Anoa tersebut. Si endemik itu ditempatkan di kandang melingkar yang berpembatas papan kayu setinggi sekitar 1,5 meter.

Anoa yang ditempatkan di kandang sementara di dalam TN Lore Lindu. (Foto: Heri/rindang.id)

Selain itu utas tali juga terpasang di leher satwa itu yang membatasi pergerakannya.

Warga berharap BBTNLL memantau dan memeriksa dengan baik perkembangan kondisi si Anoa, terutama memastikan tidak kehilangan sifat alaminya dan dapat segera dilepasliarkan.

“Semoga terus membaik dan bisa dilepas kembali. Kalau dilihat seperti ini (diikat) rasanya terbatas pergerakannya tidak seperti alaminya,” ujar Monita, warga yang melihat satwa tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *