Literasi iklim untuk keluarga yang digelar di Nemu Buku, Kota Palu, Sabtu (11/01/2025). (Foto: Heri/rindang.ID)

‘Literasi Iklim untuk Keluarga’, Memangkas Kesenjangan Isu Krisis Iklim dengan Peran Ibu

PALU, rindang.ID | Ibu memiliki peran besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Pemahaman mereka tentang isu iklim dapat secara langsung memengaruhi bagaimana anak-anak tumbuh dan menghadapi tantangan perubahan iklim di masa depan.

Semangat menguatkan diri para ibu-ibu dalam upaya menghadapi perubahan iklim itu tampak dalam kegiatan ’Literasi Iklim untuk Keluarga’ yang diikuti puluhan ibu dan digelar di Perpustakaan Nemu Buku, Kota Palu, Sabtu (11/01/2025).

Litersi yang digagas Komunitas di Read Aloud Sulteng (@readaloudsulteng) dan Buibu Baca Buku Club (@bbbbookclub) serta didukung rindang.ID ini fokus pada beberapa aspek penting peningkatan pemahaman dan kesadaran isu krisis iklim ditingkat rumah tangga.

Menanam menggunakan media barang bekas jadi salah satu aktivitas dalam literasi iklim untuk keluarga di Kota Palu. (Foto: rindang.ID)

Literasi iklim itu diberikan dengan aktivitas membaca nyaring buku seri keluarga panik. Buku-buku ’Polusi Dilarang Masuk’, ’Banyak Sampah Banyak Masalah’, ’Cita-Cita Penyelamat Bumi’ menjadi cerita-cerita yang dikenalkan kepada anak dan orang tua. Semua buku itu dikembangkan oleh BBB berkolaborasi dengan Noura Kids.

Ibu dan anak juga diajak mendiskusikan isi buku yang memperdalam pemahaman tentang topik-topik terkait krisis iklim yang ada dalam buku.

Dialog reading memilah sampah, recycle, membuat media tanam, dan menanam bersama juga menjadi aktivitas seru yang mengundang kegembiraan puluhan ibu dan anak-anak.

Aktivitas dalam kegiatan ini dirancang untuk menyampaikan isu-isu kompleks tentang perubahan iklim dengan cara yang mudah dipahami dan menarik bagi anak-anak dan orang tua yang dapat mendorong tindakan nyata dalam menjaga lingkungan.

Peserta dan penyelenggara Literasi Iklim untuk Keluarga yang digelar di Nemu Buku, Kota Palu. (Foto: rindang.ID)

”Ini bagian dari demokratisasi isu krisis iklim dan aksi iklim pada tingkat pribadi maupun kolektif. Masih banyak ibu-ibu menganggap krisis iklim sebagai isu yang asing, terlalu saintifik, atau sesuatu yang tidak prioritas tanpa menyadari bahwa mereka adalah kelompok yang akan lebih dulu menanggung dampaknya,” Pegiat Literasi Keluarga dan Lingkungan, Soraya Pinta Rama mengatakan.

Kegiatan literasi ini kata Soraya diharapkan menghapus gep atau kesenjangan pengetahuan tentang krisis iklim.

Lebih jauh isu-isu lingkungan bisa jadi topik yang disematkan dalam percakapan sehari-hari di kalangan ibu, memastikan keterlibatan dan keterwakilan mereka dalam perubahan yang sistemik seperti kebijakan publik, politik, dan ekonomi nasional.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top