Ilustrasi penan padi. (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

Perubahan Iklim Jadi Salah Satu Sebab Penurunan Produksi Beras di Sulteng Tahun 2024

PALU, rindang.ID | Produksi Gabah Kering Giling (GKG) dan beras di Sulteng sepanjang tahun 2024 tercatat menurun dibanding tahun 2023. Kerusakan lahan pertanian akibat perubahan iklim yang memicu bencana jadi salah satu penyebabnya.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah mencatat total produksi GKG sepanjang 2024 sebanyak 770.030 ton dengan jumlah produksi beras 449.675 ton.

Jumlah itu menurun dibanding catatan produksi tahun 2023 lalu yang mencapai 821.367 ton untuk GKG dan 460.038 ton beras.

Penurunan produksi itu terjadi lantaran berbagai sebab. Musim panen yang bergeser dan kerusakan lahan akibat bencana di antaranya.

“Ada yang lewat tahun panennya dan faktor perubahan iklim menyebabkan kejadian iklim ekstrim seperti banjir dan kekeringan yang merusak tanaman dan lahan pertanian,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah, Nelson Metubun, Kamis (9/12/2025).

Dampak perubahan iklim yang memicu bencana seperti banjir dan kekeringan diakui Nelson menjadi perhatian pihaknya lantaran dampaknya memengaruhi produksi.

Nelson mencontohkan lahan padi yang terkena dampak banjir di Sulawesi Tengah yang terburuk pernah terjadi tahun 2019 dengan total 2206,75 hektare dan 2023 dengan total 484,7 hektar.

Bencana kekeringan juga berdampak pada pertanian padi. Lahan padi yang mengalami kekeringan terluas terjadi pada tahun 2020 dengan total 821 ha dan tahun 2019 dengan total 248,35 ha.

Sementara berdasarkan data BPBD Sulawesi Tengah sepanjang tahun 2024, lahan sawah yang rusak terdampak banjir di antaranya terjadi di Kabupaten Tojo Unauna, Buol, Sigi, dan Parigi Moutong sengan total 221 ha lahan persawahan rusak.

Meski terjadi penurunan produksi Nelson memastikan hal itu tidak memengaruhi ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebab jumlah produksi tercatat masih surplus dibanding jumlah konsumsi.

Konsumsi beras per kapita di Sulteng sebesar 100 kg per tahun. Dengan jumlah penduduk sebanyak 3.121.750 jiwa pada tahun 2024, maka total konsumsi beras adalah 312.175 ton per tahun.

Walau belum berpengaruh pada ketersediaan pangan khususnya beras untuk kebutuhan masyarakat, Nelson menegaskan pihaknya terus menyiapkan langkah mitigasi agar perubahan iklim tidak berdampak lebih buruk pada ketahanan pangan di Sulawesi Tengah.

“Langkah-langkah mitigasi bersamaan dengan upaya adaptasi, yang mencakup tindakan penyesuaian terhadap kejadian perubahan iklim melalui penerapan teknologi, pengaturan pola tanam, penggunaan varietas toleran, manajemen air, dan sistem peringatan dini cuaca ekstrem,” kata Nelson.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top