Warga Kelompok Roles di Desa Namo, Sigi mengumpulkan rotan dari Hutan Desa. (Foto: Heri/rindang.ID)

Roles, Cara Warga Desa Namo Kelola Hutan Desa Secara Lestari dan Benilai Ekonomi

SIGI, rindang.ID | Pengelolaan hasil hutan desa secara berkelanjutan dan lestari dipraktikkan warga Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.

Inisiatif lestari dalam memanfaatkan hasil hutan itu dipraktikkan warga yang tergabung dalam kelompok Rotan Lestari (Roles) yang menjadikan hutan desa mereka sebagai salah satu penopang perekonomian.

Hutan Desa Namo seluas 490 hektare yang ditetapkan tahun 2012 menjadi pusat pengelolaan rotan secara lestari. Masyarakat Namo mengelola rotan dengan perencanaan yang matang demi menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.

Sebelum adanya Roles dan program pengelolaan lestari, warga mengambil rotan tanpa aturan atau perencanaan. Kini, proses pengambilan rotan dilakukan secara terstruktur. Warga menentukan jenis rotan yang akan diambil, lokasi, durasi kerja di hutan, dan memastikan tidak ada pohon yang ditebang.

“Kami mengambil rotan berdasarkan kulit dan panjangnya, sambil menjaga anakan rotan agar terus tumbuh,” ujar Suyadi, penggerak Kelompok Roles, Sabtu (4/1/2025).

Desa Namo dikenal memiliki rotan yang melimpah. Rotan yang dikumpulkan oleh warga sebagian besar diserap oleh pengrajin dan perusahaan. Dalam sebulan, rata-rata ada dua kali pengambilan rotan oleh perusahaan dari kelompok itu. Hingga kini, dua perusahaan menjadi mitra utama desa dalam membeli rotan langsung dari kelompok Roles.

Selain memastikan rotan dari hutan desa dikelola dengan lestari, kelompok Roles juga berperan penting dalam negosiasi harga dengan perusahaan agar menguntungkan warga perotan.

“Harga rotan saat ini memang masih fluktuatif. Jenis batang dihargai Rp2.000/kg dan jenis lainnya Rp1.800/kg. Langsung berhubungan dengan perusahaan membuat harga lebih baik dibandingkan sebelumnya ketika dijual melalui pengumpul,” kata Suyadi.

Desember 2024 lalu, lebih dari 9 ton rotan dikirimkan dari desa Namo ke perusahaan pembeli.

Soal harga rotan Kelompok Roles berencana men-sertifikasi rotan hasil hutan desa mereka. Ini dilakukan agar harga jual rotan mereka bisa naik dan kompetitif.

“Biaya transportasi dan konsumsi selama mencari rotan kerap tidak sebanding dengan harga jual. Untuk benar-benar sejahtera, kami butuh harga minimal Rp2.500/kg,” tambahnya.

Mayoritas masyarakat Namo mengandalkan bertani dan berkebun sebagai mata pencaharian utama. Rotan menjadi sumber pendapatan tambahan, terutama saat tanaman kebun dan pertanian belum panen.

Dalam sehari rata-rata 100 sampai 200 kg rotan bisa dikumpulkan warga dari hutan desa.

Selain Rotan, Hutan Desa Namo juga memiliki potensi lain yang bisa dikembangkan dan menjadi sumber ekonomi tambahan warga. Madu dan budidaya anggrek hutan di antaranya.

Dengan potensi besar yang belum tergarap sepenuhnya, warga berharap upaya pelestarian hutan desa oleh warga dan berbagai pihak dapat membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan desa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top