Pemasangan Panel Surya oleh Relawan Greenpeace di Kamp Pengungsi Desa Lero Tongala Sulawesi Tengah, Indonesia. (Foto: Greenpeace/Basri Marzuki)
Pemasangan Panel Surya oleh Relawan Greenpeace di Kamp Pengungsi Desa Lero Tongala Sulawesi Tengah, Indonesia. (Foto: Greenpeace/Basri Marzuki)

JAKARTA, rindang.ID | Merespon kian melemahnya komitmen politik pemerintah terhadap transisi energi dan iklim, Climate Rangers bersama 350 Indonesia meluncurkan kampanye [RE]Solusi. Kampanye ini mendorong energi terbarukan berbasis komunitas sebagai solusi transisi energi di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.686 gigawatt namun yang dimanfaatkan hanya 12.7 gigawatt. Selain itu, energi terbarukan berbasis komunitas juga dapat mendongkrak ekonomi daerah.

“Penelitian dari Celios dan 350.org menunjukkan bahwa pembiayaan energi terbarukan berbasis komunitas dapat menyumbang hingga Rp745 triliun per tahun terhadap PDB. Pemerintah perlu mempertimbangkan pendekatan ini, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal, dibandingkan terus mendorong industri ekstraktif seperti pertambangan batu bara yang merusak lingkungan hidup dan iklim.” ucap Ginanjar Ariyasuta, Koordinator Climate Rangers Jakarta.

Di Jogja dan Bali, Climate Rangers mendorong desa wisata untuk menjadi pionir transisi energi.

“Mengintegrasikan sektor pariwisata dengan energi terbarukan berbasis komunitas adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan destinasi wisata di Indonesia. Langkah ini tidak hanya memperkuat citra Indonesia dalam usaha transisi energi, tetapi juga menegaskan komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan beralih dari energi fosil, pariwisata Indonesia dapat menjadi lebih hijau dan berkelanjutan, mendukung ekonomi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.” Jelas Arami Kasih, Koordinator Climate Rangers Jogja.

“Di Jogja dan Bali sendiri memiliki total 462 desa wisata yang kaya akan potensi energi terbarukan, ini harus dimanfaatkan”.

Di Cirebon dan Sumatera Utara, Climate Rangers mendorong transisi energi di Pondok Pesantren. Berdasarkan data Kemenag tahun 2022 ada lebih dari 39 ribu pesantren di Indonesia dan 700 diantaranya berada di Cirebon.

“Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 86 Tahun 2023 memerintahkan umat muslim untuk berikhtiar dalam menurunkan emisi dan transisi energi demi menjaga kelestarian lingkungan. Mendorong Pondok Pesantren sebagai teladan dalam transisi energi terbarukan adalah langkah strategis untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam sejalan dengan pelestarian lingkungan.” ucap Tubagus Asad Muhajir, Koordinator Climate Rangers Cirebon.

Di Jakarta, Climate Rangers mendorong transisi energi di sektor transportasi melalui penggantian armada Transjakarta dengan bus tenaga surya. Jakarta yang sebagai pusat ekonomi di Indonesia sudah sepantasnya terdepan dalam ambisi transisi energi. Terlebih, Jakarta memiliki komitmen iklim berupa target nol emisi di tahun 2050 dengan target bauran energi terbarukan daerah sebesar 45% di tahun 2030.

Dalam hal ini, Jakarta sebagai kota yang berkontribusi emisi paling besar di Indonesia sudah sepantasnya mengeluarkan usaha yang lebih dalam transisi energi. “Satu bus tenaga surya berpotensi mengurangi sekitar 3-9 ton emisi karbon dan meningkatkan bauran ET sebanyak 1-2 MW per tahun.

Melihat target PLTS di Provinsi DKI Jakarta sebesar 200 MW pada tahun 2050, maka untuk mencapai target ini diperlukan sekitar 100-200 bus tenaga surya.” jelas Fadilla Miftahul, Climate Rangers Jakarta.

“Saat ini Pemerintah kesulitan memenuhi target bauran energi terbarukan, indikatornya target bauran energi terbarukan diturunkan dari 23% ke 17-19%. Khusus dari sektor ketenagalistrikan, pemerintah bisa membuka peran bagi masyarakat untuk ikut membangkitkan listrik dari energi terbarukan.

Inisiatif orang muda ini adalah bentuk dorongan ke pemerintah agar tetap memiliki target transisi energi yang ambisius dengan membuka keran partisipasi publik untuk mencapai targetnya”, tegas Suriadi Darmoko, Field Organizer 350 Indonesia.

Suriadi Darmoko menambahkan “Inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas ini perlu mendapat dukungan baik melalui regulasi maupun pendanaan”. (bmz/*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *