SIGI, RINDANG | Di balik panorama indahnya, keasriannya, dan kesejukannya, ternyata ada beberapa titik berbahaya yang harus diwaspadai pengunjung saat berwisata alam di objek wisata Air Terjun Wera, di Desa Balumpewa, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi.
Kita tentu belum lupa dengan musibah yang menelan korban jiwa di Objek Wisata Air Terjun Wera di Sigi, Senin lalu (26/2/2024). Belasan remaja terjebak air bah yang tiba-tiba menerjang. Sepuluh remaja selamat, sementara 2 meninggal dunia dan seorang lagi hingga Sabtu (2/3/2024) masih dicari petugas SAR.
Begitulah Wera. Objek wisata yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng itu tak hanya menyimpan keindahan namun juga bahaya. Karenanya memahami kawasan tersebut penting sebelum berwisata agar bisa meminimalisasi bahaya pada diri kita.
Ada tiga titik yang mesti diwaspadai pengunjung saat menyusuri Sungai Wera. Titik-titik berbahaya itu berupa aliran sungai yang meluncur dari sebuah batu berukuran besar, yang akhirnya membentuk pusaran air dengan kedalaman diperkirakan mencapai 3 sampai 4 meter. Sejumlah papan larangan untuk mandi maupun akitivitas lainnya di area pusaran air Sungai Wera pun sudah terpasang.
Potensi bahaya juga datang dari air bah yang bisa datang tiba-tiba akibat intensitas curah hujan yang tinggi di hulu Air Terjun Wera dan hal itu terkadang tidak disadari pengunjung.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I BKSDA Sulteng, Haruna, mengungkapkan, semasa jabatannya sudah tiga kali terjadi peristiwa pengunjung atau warga hanyut dan berujung meninggal dunia di sungai tersebut.
“Dari beberapa kejadian itu, ada akibat tenggelam di pusaran air dan juga akibat terjangan air yang tiba-tiba naik, seperti yang menimpa tiga anak sekolah itu,” jelasnya.
Soal pengawasan kepada pengunjung, di TWA Wera ditempatkan lima petugas, tiga di antaranya merupakan warga setempat yang direkrut dengan pertimbangan pengetahuan yang lebih menganai lokasi itu.
Haruna mengklaim petugas senantiasa mengingatkan area-area berbahaya hingga kondisi cuaca di TWA Wera kepada pengunjung.
Objek wisata Air Terjun Wera dialiri satu sungai yang disebut Sungai Wera yang membentang di antara pepohonan yang rimbun sehingga pengunjung akan dimanjakan pemandangan hijau dan suara aliran sungai.
Taman Wisata Alam (TWA) Wera terbentuk berdasarkan penunjukan Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor: 843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980 dengan luas kawasan kurang lebih 250 hektare.
Karena memiliki potensi wisata dengan panorama alam yang indah maka Air Terjun Wera ditetapkan sebagai taman wisata alam.
Di bagian hulu terdapat dua ceruk sungai yang menyatu membentuk Sungai Wera yang mengalir melalui dua celah gunung dan membentuk jeram setinggi kira-kira 80 meter. Inilah yang membuat panorama sekitar air terjun terlihat eksotik dan indah.
Sungai Wera mengalir ke arah timur dan melintasi Desa Kaleke dan desa-desa sekitarnya. Vegetasi hutan yang cukup lebat di kanan dan kiri sungai membuat sungai dengan lebar sekitar 3 sampai 5 meter itu senantiasa teraliri air sepanjang tahun.
Flora yang mendominasi di TWA Wera, di antaranya, Kenari, Lebanu, Bintangur serta beberapa jenis Anggrek. Fauna seperti monyet hitam, ayam hutan, tarsius, dan aneka jenis burung juga dapat ditemukan di kawasan tersebut.
TWA Wera berada di sebelah selatan Kota Palu dengan jarak kurang lebih 20 km dari Kota Palu dan dapat ditempuh dalam waktu 25 menit dengan kondisi jalan beraspal. THA