Pegiat Komunitas Gampiri saat berfoto di Taman Taiganja, Sigi. (Foto: Isal/ Gampiri)

Komunitas Gampiri, Inisiatif Kaum Muda Wujudkan Mimpi Sigi Jadi Kabupaten Lestari

SIGI, rindang.ID | Kaum muda memainkan peran yang tak kalah penting menjaga Kabupaten Sigi tetap menjadi kabupaten lestari.

Menjadi kabupaten lestari bukan sekadar pilihan bagi Kabupaten Sigi melainkan sebuah keniscayaan.

Kabupaten yang bertetangga dengan Kota Palu itu punya lebih dari 70 persen kawasan hutan dan sekitar 20 persen kawasan budidaya.

Kawasan hutan tetap harus lestari, namun di sisi lain perekonomian masyarakat sekitar juga mesti meningkat. Dua hal itulah yang menjadi tantangan.

Kolaborasi multipihak menjadi kunci menjaga mimpi Sigi hijau tetap terjaga. Anak muda dengan inisiatif kreatif jadi salah satu pilarnya.

Inisiatif yang tengah dilakoni Komunitas Gampiri dengan gerakan ekonomi retoratif.

Secara harfiah gampiri adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai lumbung, tempat hasil panen pertanian disimpan sebagai cadangan pangan.

Berakar dari filosofi itu, Februari 2023 inisiasi muncul dari sekelompok muda-mudi di Kabupaten Sigi untuk menyatukan diri dalam Komunitas Gampiri.

Waktu itu mimpi Gampiri adalah menjadi tempat pengetahuan dan keterampilan dapat dikumpulkan dan dibagikan, terutama pengembangan produk hilirisasi berbasis alam dan pertanian, serta peningkatan kapasitas SDM. Mimpi yang pelan-pelan membentuk kenyataan.

Awalnya, Gampiri fokus pada pendekatan terhadap pelaku usaha berbasis alam yang berasal dari sumber daya lokal, khususnya dari sektor pertanian dan perkebunan. Mereka memberikan inkubasi kepada pelaku usaha dan melakukan business matching untuk mempertemukan mereka dengan pasar, salah satu upaya hilirisasi.

“Sampai akhir 2024 Gampiri menjangkau 17 desa dan 10 kecamatan, dengan upaya penambahan setiap tahunnya,” Nedya Sinintha Maulaning, pegiat di Gampiri Interaksi mengatakan.

Pegiat Gampiri Interaksi, Nedya Maulaning. (Foto: Heri/ rindang.ID)

Gampiri lalu menyadari perbaikan kualitas dan pengembangan SDM pertanian dan perkebunan mesti menjadi perhatian dalam ekonomi restoratif. Peran Gampiri pun berkembang.

Sentra Inkubasi (Gampiri Interaksi Lestari)

Peran ini fokus pada pengembangan kapasitas, terutama dalam membantu pengembangan produk hilirisasi berbasis alam. Ini melibatkan dukungan kepada pelaku usaha, UMKM, kelompok usaha perhutanan sosial, dan koperasi.

Gampiri Interaksi Lestari telah menginkubasi 44 tenant dengan 26 produk inovasi turunan berbasis alam.

Trading Hub Komoditas Lestari (Gampiri Bumi Lestari)

Membangun trading hub yang membantu petani meningkatkan budidaya pertanian agar mereka mendapatkan harga yang pantas dan tidak bergantung pada tengkulak. Trading hub ini juga memberikan pengetahuan kepada petani agar hasil pertanian sesuai dengan kualitas dan kebutuhan.

Gampiri Ekowisata

Gampiri mendorong ekowisata karena Sigi punya banyak titik wisata butuh pengembangan. Potensi wisata diupayakan menjadi sumber daya melalui praktik baik.

Kolaborasi Multipihak (Gampiri Ekosistem)

Peran ini membangun kolaborasi dengan berbagai pihak yang disebut Forum Kelembagaan Multi Pihak (FKMP) Sigi Hijau. Forum ini merupakan wadah kolaborasi multi pihak antara Pemerintah Daerah dan CSO dalam membangun sigi yang lebih baik.

“Kami (Gampiri) menyadari punya keterbatasan untuk membidangi semua aspek, baik hulu maupun hilir. Karena itu kami berupaya untuk bergerak dengan berkolaborasi dan bergotong royong dengan berbagai pihak,” kata Nedya.

Hingga tahun 2025 Gampiri terus berusaha menjangkau komunitas petani, salah satunya pengembangan komonitas kopi arabika di Kecamatan Marawola Barat yang menjadi komoditas unggul di sana.

Tanaman Kopi di Desa Lewara, Kecamatan Marawola Barat, Sigi. (Foto: Heri/ rindang.ID)

Para petani di Desa Lewara sejak akhir 2024 merasakan dampak dari kolaborasi yang diinisiasi Gampiri.

“Kopi yang kami pasarkan sekarang masuk grade 2 setelah ada pendampingan padahal sebelumnya grade 4,” petani kopi di Dusun 3 Lewara, Tanda mengatakan.

Bersamaan dengan peningkatan kualitas komoditas, harga pun turut naik dan menggembirakan petani. Gampiri menawarkan harga yang lebih baik, yaitu Rp100.000 per kg untuk grade 1-2 dan minimal Rp92.000 per kg untuk grade 3 ke bawah.

Selain kopi, berbagai komoditas pertanian perkebunan serta produk UMKM juga kerap dilibatkan dalam ajang bisnis matching.

Pelaku usaha yang berorientasi pada kelestarian hutan dan lingkungan menjadi tujuan utama kolaborasi yang dibangun Gampiri.

“Inisiasi Gampiri jelas membantu kami (pemda) terutama perubahan pemahaman dari pertanian konvensional menjadi berkelanjutan,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura, dan Perkebunan Sigi, Rahmat Iqbal.

Gampiri dan Sigi adalah keserasian. Gampiri hadir sebagai penggerak ekonomi lokal yang juga memperhatikan aspek lingkungan, sesuai dengan kebutuhan dan visi Kabupaten Sigi menjadi kabupaten lestari.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top