PALU, rindang.id | Bertekad mewujudkan pemukimannya menjadi kampung resiliensi, warga di Kelurahan Mamboro menggelar Pekan Raya Mosinggani.
Kegiatan yang layaknya festival itu digelar pada Minggu (2/2/2025) dan diisi dengan berbagai edukasi untuk menunjukkan inisiatif-inisiatif warga Mamboro dan Mamboro Barat mewujudkan mimpi menjadi kawasan berketahanan atau resiliensi.
Bapontar (Susur Kampung Mamboro)

Bapontar menjadi kegiatan pembuka Minggu pagi itu. Mahasiswa dan masyarakat umum yang menjadi peserta diajak mengenal lebih dekat Model Kampung Resilien di Mamboro, bagaimana warga Mamboro bangkit dari bencana gempa dan tsunami tahun 2028 lalu, pengembangan ekonomi, dan mengelola lingkungan secara mandiri.
Pengelolaan limbah rumah tangga menjadi kompos menjadi salah satu aktivitas warga yang diikuti para peserta.
Rumah-rumah dengan beragam warna di hunian tetap (huntap) mandiri tak kalah membuat peserta takjub. Tiga puluhan rumah di permukiman ini dibangun dengan penggabungan konsep rumah tahan gempa dan kearifan lokal khas masyarakat pesisir; rumah panggung.
Permukiman ini dibangun secara partisipatif mulai dari pemilihan lahan di luar zona rawan bencana, model rumah, penataan kawasannya, hingga warna yang sesuai dengan keinginan warga.
Bapontar atau Susur kampung memberikan inspirasi tentang semangat dan keberlanjutan.
Pameran Produk UMKM

Pameran ini menampilkan aneka produk UMKM masyarakat pesisir Mamboro, khususnya kawasan Mamboro Perikanan yang dikenal dengan produksi ikan asinnya.
Uniknya alih-alih menggunakan plastik untuk setiap produk yang dibeli pengunjung, para pedagang menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang sekaligus menjadi souvenir. Produk hasil pengelolaan lingkungan bersama kolaborator seperti solar dan paving blok juga dipamerkan.
Pameran ini menjadi kesempatan bagi warga untuk memamerkan dan menjual hasil karya mereka, yang mencakup berbagai produk lokal
Pameran Maket Perencanaan Kawasan Resilien

Hasil Perencanaan Warga Mamboro dan Mamboro Barat itu ditampilan dalam bentuk maket yang berisi detail mimpi-mimpi jangka panjang mereka terhadap permukiman yang berketahanan dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sumber daya lokal yang ada di kawasan itu menjadi basis perencanaan.
Mitigasi bencana dan kawasan wisata juga menjadi harapan yang tersirat dari maket yang dipamerkan itu. Tampak jelas pembelajaran dari bencana gempa dan tsunami tahun 2018 yang dialami warga menginspirasi perencanaan itu.
”Kami warga Mamboro sudah mengalami bencana yang memporak porandakan permukiman kami. Kegiatan hari ini adalah bentuk kesadaran kami untuk menjadikan kawasan ini termasuk masyarakatnya tangguh dan berketahanan,” Emilia, warga Mamboro menjelaskan.
Talkshow: Dari Mamboro untuk Palu Resilien
Talksshow bertema “Palu Resilien: Membangun Kota Tangguh dan Berkelanjutan” menjadi penutup segala rangkaian kegiatan sehari di Mamboro. Warga, Yayasan Arsitek Komunitas (Arkom), dan BPBD Kota Palu menjadi pembicara dalam talkshow ini.
Aspek pembangunan kota tangguh, upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, dan keberlanjutan lingkungan.
Talkshow ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan warga dalam membangun Kota Palu yang tangguh seperti yang telah diinisiasi warga Mamboro.
Bukan sekadar diskusi, talkshow ini menjadi sebuah upaya membangun pemahaman bersama dan memperkuat komitmen menjadikan Mamboro percontohan kawasaan resilien.
”Ini contoh baik dan patut didukung. Warga Mamboro yang difasilitasi Arkom Indonesia telah nyata berbuat untuk kelurahan resilien terlihat dari indikator kelembagaan Masyarakat, fisik, lingkungan, sosial, dan ekonominya. Kami siap mengoordinasikan harapan-harapan warga kepada OPD-OPD lain,” kata Presly Tampubolon, Kepala Pelaksana BPBD Kota Palu.

Dukungan berbagai pihak untuk warga Mamboro ditekankan oleh Yayasan Arkom Indonesia. Direktur Arkom Indonesia, Yuli Kusworo mengingatkan dalam perencanaan kawasan yang dibuat warga banyak aspek-aspek yang butuh peran kolaborasi dengan pemerintah daerah maupun swasta.
Yuli mencontohkan di aspek ekonomi untuk meningkatkan kualitas produk UMKM, peningkatan kapasitas warga menjadi keniscayaan yang tidak bisa dilakukan warga sendiri, juga pengembangan potensi wisata.
”Warga sudah menunjukan kemampuannya mewujudkan hunian tetap yang berketahanan tetapi itu baru bagian kecil. Sekarang saatnya komunitas warga mewujudkan mimpi ketahanan jangka panjang dan warga tidak bisa sendiri,” Yuli menekankan.
Mamboro adalah sebuah kelurahan pesisir di bagian utara Kota Palu. Kawasan ini pernah porak poranda akibat gempa dan tsunami 2018 silam. Pengalaman kelam itu kini menjadi kekuatan yang menyatukan warga membenahi masa depan kawasan mereka, menjadi tangguh dan berkelanjutan.