Ibu-ibu di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah memetik daun kelor untuk dijadikan olahan masakan. (Foto: Heri/ rindang.ID)

Jadi Budaya Pangan Masyarakat Kaili, Kelor Juga Penyerap Karbon Yang Efisien

RINDANG.ID | Sejak lama Tanaman kelor telah menjadi bagian dari budaya terutama kuliner di Sulawesi Tengah. Namun selain itu tanaman itu ternyata juga dapat menjadi solusi mitigasi perubahan iklim.

Tidak sulit mengidentifikasi betapa kelor telah amat lekat dengan budaya masyarakat Sulawesi Tengah terutama di empat daerah yakni Kota Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong. Di antara menu-menu hajatan, perayaan, hingga keseharian, olahan kelor selalu hadir di meja santapan.

Sayur bening dan kuah bersantan dengan bahan daun kelor adalah hidangan khas masyarakat setempat. Berbagai olahan kelor itu adalah inovasi suku Kaili, suku yang mayoritas mendiami empat daerah itu.

Tanaman yang juga bernama Moringa Oleifera ini  mudah ditemukan tumbuh di rumah-rumah warga bahkan secara liar.

Namun selain bisa menjadi bahan pangan bernutrisi tak banyak yang tahu, pohon kelor ternyata dapat menjadi solusi mitigasi perubahan iklim. Dirangkum dari berbagai sumber di antaranya FAO, UNEP, dan World Agroforestry Centre (ICRAF), tanaman ini diakui memiliki kemampuan menyerap karbon secara efisien.

Kemampuan penyerapan karbon oleh pohon kelor tergantung berbagai faktor seperti usia pohon, ukuran, kondisi tanah, dan iklim. Berikut adalah estimasi penyerapan karbon oleh pohon kelor:

1. Pohon Dewasa (1-5 Tahun)

Pohon kelor dewasa rata-rata mampu menyerap 20-25 kg CO₂ per tahun per pohon. Jumlah ini dapat meningkat jika pohon tumbuh dengan optimal di tanah subur dan iklim yang mendukung.

2. Kelor dengan Penanaman Massal

Pada penanaman massal (misalnya 1 hektar), kelor dapat menyerap 20 ton CO₂ per hektar per tahun, dengan asumsi kepadatan sekitar 1000 pohon per hektar.

3. Kecepatan Pertumbuhan

Karena kelor tumbuh cepat (tinggi dapat mencapai 3-5 meter dalam setahun), pohon ini menyerap karbon lebih cepat dibandingkan banyak jenis pohon lainnya pada tahap awal pertumbuhan.

4. Akar dan Biomassa

Selain menyerap karbon melalui daunnya, akar dan biomassa kelor juga menyimpan karbon di tanah, membantu meningkatkan kandungan karbon organik dalam tanah.

Di banding pohon lain, kelor punya kelebihan lainnya dalam menyerap karbon. Dalam waktu 6 bulan, kelor dapat tumbuh hingga 3 meter dan menyerap karbon secara signifikan dalam periode pendek.

Secara global kelor juga disebut tanaman ajaib karena manfaatnya yang luar biasa untuk kesehatan, lingkungan, dan kehidupan manusia secara keseluruhan.

Julukan ini muncul dari kemampuannya yang multifungsi, kandungan nutrisi yang luar biasa, dan peran pentingnya dalam mengatasi berbagai tantangan global, seperti kekurangan gizi dan perubahan iklim.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top