Pelepasliaran Burung Maleo di Suaka Margasatwa Pinjan Tanjung Matop. (Foto: BKSDA Sulteng)

RINDANG, TOLITOLI | Menyambut HUT RI ke-79 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng melepasliarkan 79 anakan burung Maleo.

Pelepasliaran 79 anakan Maleo itu dilakukan BKSDA Sulteng di Suaka Margasatwa (SM) Pinjan Tanjung Matop, Kabupaten Tolitoli, Selasa (06/08/2024).

Selain untuk menyambut HUT RI, pelepasliaran itu juga dalam rangka Road to HKAN Boyolali 2024.

“Anakan Maleo yang dilepasliarkan merupakan hasil penetasan semi alami di kawasan SM Pinjan Tanjung Matop,” Kepala Seksi Konservasi BKSDA Sulteng Wilayah I Pangi, Haruna mengatakan, Rabu (7/8/2024).

Burung Maleo menjadi satwa kunci atau endemik Sulawesi yang jadi prioritas konservasi untuk ditingkatkan polulasinya.

International Union For Conservation of Nature (IUCN) menyebut burung bernama latin Macrocephalon Maleo itu masuk kategori endangered atau terancam.

Sedangkan, oleh Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna-Flora (CITIES), satwa itu masuk sebagai Appendix 1 yang berarti langka.

Suaka Margasatwa seluas sekitar 1.600 hektare itu sendiri menjadi salah satu kawasan perlindungan dan konservasi Maleo yang rutin melepasliarkan puluhan hingga ratusan Maleo ke habitatnya saban tahun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *