rindang.ID| Peserta bergantian melenggok di atas karpet merah yang membentang sepanjang sekitar 100 meter di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah pada Sabtu (30/10/2024) sore.
Ratusan peserta itu tak sekadar melenggok, ia memeragakan busana yang didesain secara khusus berbahan dasar barang daur ulang, mulai dari kantong kresek, plastik, dedaunan, bahkan ada yang berbahan dari karung goni bekas.
Meski busananya terbuat dari barang bekas yang semestinya sudah jadi sampah, namun keanggunannya tak kalah ketika disandingkan dengan busana baru berbahan tekstil sebagaimana umumnya. Berbagai desain unik ditampilkan mulai desain casual, gaun, hingga busana santai.
Menurut Ketua Panitia Karnaval Busana Daur Ulang, Ismed M. Wardhana yang juga Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai, tak kurang dari 131 peserta ikut ambil bagaian dalam karnaval yang baru pertama kali digelar di kota berjuluk Kota Berair itu.
Para peserta itu berasal dari kalangan mahasiswa, komunitas masyarakat, kerukunan etnis baik dari Banggai sendiri maupun dari luar kota seperti Tojo Unauna, Poso dan bahkan ada yang berasal dari Provini Gorontalo.
Ismed berkata, karnaval busana daur ulang itu sengaja menjadi pre-event Festival Teluk Lalong yang digelar 30 Oktober hingga 2 November 2024 sebagai salah satu bentuk kampanye bagi pelestarian lingkungan. Tema besarnya sebutnya adalah ‘Lestari menuju Pariwisata Berkelanjutan’.
Ia mengatakan, isu perubahan iklim saat ini seharusnya menjadi perhatian bersama karena dampaknya akan sangat besar bagi manusia, tak terkecuali di wilayah Banggai. Karena itulah, melalui carnaval busana daur ulang itu, sedikitnya dapat menyentak seluruh lapisan masyarakat untuk sadar pentingnya menjaga lingkungan.
Mendaur ulang barang-barang bekas untuk dimanfaatkan kembali menurutnya adalah salah satu aksi positif untuk ikut berpartisi dalam mencegah dan menanggulangi perubahan iklim.
Lebih dari itu lanjutnya, melakukan daur ulang terhadap barang-barang bekas yang sudah menjadi sampah juga membantu dalam menciptakan lingkungan yang bersih. Jika lingkungan sekitar terjaga dengan baik dan bersih, wisatawan akan merasa betah.
Di sinilah katanya relevansi lingkungan yang bersih dengan pariwisata yang berkelanjutan.
Di sisi lain, Teluk Lalong adalah ‘beranda’ Kota Luwuk. Ia menjadi cerminan dari Kabupaten Banggai secara keseluruhan. Festival yang sudah digelar untuk keenam kalinya di Teluk Lalong yang disupport langsung Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah itu sekaligus menjadi isyarat keberlanjutan festival yang diharapkan dapat mendongkrak angka kunjungan wisata.
“Jadi kita bersama-sama menjaga Teluk Lalong ini agar selalu bersih dan membuat orang-orang yang datang berkunjung atau wisatawan ke sini merasa nyaman dan betah,” ajak Pjs Bupati Banggai, Raziras Rahmadillah dalam sambutan pembukaan carnaval itu.
Sementara itu, warga berjubel untuk menyaksikan carnaval daur ulang yang juga dimeriahkan dengan parade budaya berbagai suku dan etnis yang mendiami Teluk Lalong dan Banggai secara umum. (bmz)