RINDANG, PALU | Latah wisata masih menjadi masalah sebagian warga kita dalam berwisata alam. Fenomena itu terlihat dari sampah di Bukit Uwentumbu, Kota Palu.
“Sebelum berwisata alam sebaiknya mempersiapkan diri. Tidak hanya materi tapi juga pengetahuan dan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan objek wisata,” kata Agus Sigalei, pegiat alam Sulteng dan komunitas lari ‘SeumuRun’.
Agus menyatakan itu sebagai kritik atas sampah-sampah yang timbul di Bukit Uwentumbu yang menjadi lokasi wisata warga Kota Palu.
Bukit di Kelurahan Kawatuna, sebelah timur Kota Palu itu sejak sekitar dua bulan yang lalu menjadi tujuan wisata dadakan warga. Jejeran bukit-bukit hijau dan Lembah Palu jadi daya tarik lokasi itu.
Semua bermula dari media sosial. Dan sebagaimana umumnya lokasi itu lalu viral dan dituju puluhan hingga ratusan warga terutama saban akhir pekan. Gratis.
Sayangnya sebagian masyarakat kita adalah wisatawan latah yang senang berwisata gratis tanpa paham etika lingkungan dan keberlanjutannya.
Alih-alih membuat lokasi yang dikunjungi terjaga keasriannya Bukit Uwetumbu malah jadi tempat pembuangan sampah plastik kemasan produk makanan dan minuman warga pengunjung.
Namanya juga objek wisata baru tempat-tempat sampah belum tersedia di lokasi itu. Beruntung sejumlah komunitas mulai menggalang kepedulian terhadap kondisi lingkungan lokasi itu yang mulai terdegradasi akibat sampah. Salah satunya komunitas lari ‘Seumurun’ dan pegiat alam yang sejak Kamis (1/8/2024) membersihkan sampah-sampah di lokasi itu.
Dua hari komunitas tersebut berhasil mengumpulkan sebanyak 17 kantongan ukuran besar sampah dari lokasi itu, kebanyakan adalah kemasan plastik.
“Kami juga ingin mengedukasi masyarakat, pentingnya kebersihan dan keberlanjutan lokasi ini dengan mengurangi produksi sampah. Kami menyarankan agar masyarakat (pengunjung wisata) membawa kembali sampah dan menggunakan tempat atau kantong- kantong yang bisa dipakai secara berulang, sehingga timbulan sampah berkurang,” Agus menyarankan.
Kesadaran bersama dan kolaborasi menjaga lingkungan dari timbulan sampah sebenarnya tak hanya harus dimiliki setiap individu maupun kelompok. Ada otoritas pemerintah seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang juga mesti berperan.
Sayang otoritas yang punya wewenang besar itu kerap baru bertindak setelah lingkungan rusak.