PARIGI MOUTONG, RINDANG | Konflik antara Buaya Muara dan warga kembali terjadi di Sulawesi Tengah, kali ini di Kabupaten Parigi Moutong.
Tak ada firasat apapun apalagi tanda bahaya saat Zubaidah (60 th) melangkahkan kakinya di area rawa di Desa Sausu Peore, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sabtu (17/2/2024). Perempuan itu sedang memetik kangkung. Aktivitas yang biasa dilakukannya.
Bersamanya ada sang anak, Suldin yang mengambil buah kelapa tak jauh dari sang ibu.
Tetiba Suldin dikagetkan dengan teriakan “tolong” sang ibu. Laki-laki itu berlari. Dan.. didapatinya ibunya sedang bergumul dengan buaya. Suldin menghunus parang membantu sang ibu lepas dari gigitan hewan buas itu.
Meski terkuka parah di bagian paha dan lengan, berkat Suldin, Zubaidah lolos dari maut. Namun hewan pemangsa tersebut berhasil kabur, berlari di antara rimbun kangkung.
Hampir sebulan setelahnya, Kamis (14/3/2024), Usman kaget mendapati jejak buaya tak jauh dari kebunnya. Jejak itu mengarah ke rawa. Kabar itupun sampai ke warga lainnya. Dan, rencanapun disusun untuk menangkap hewan buas itu. Warga tak mau ada korban lain yang diserang buaya itu.
“Sekitar setengah kilo dari lokasi ibu Zubaedah diterkam waktu itu, kemungkinan dia (buaya) kelaparan, makanya jauh naik ke kebun saya,” kata Usman.
Tak butuh waktu lama untuk memancing buaya itu ke permukaan. Warga yang kadung kesal akibat peristiwa yang dialami Zubaedah melampiaskannya dengan menusuk dan menebas buaya sepanjang 2 meter itu hingga mati.
Warga memastikan buaya betina itulah yang sebelumnya meneror Zubaedah. Sebuah luka tusukan parang dari Suldin di leher buaya tersebut menjadi tandanya.
Warga sebenarnya tahu bahwa hewan yang mereka bunuh adalah satwa dilindungi. Namun cara itu terpaksa mereka lakukan sebab tak ingin ada korban lainnya.
Riwayat Konflik Buaya Muara dan Manusia
Serangan fatal yang dialami Zubaedah sendiri memperpanjang riwayat konflik Buaya Muara dan warga di Sulawesi Tengah. Cerita serupa kerap terjadi setiap tahunnya.
Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, Tolitoli, Tojo Unauna, dan Parimo menjadi daerah yang tercatat rawan konflik tersebut terutama di sekitar wilayah sungai atau muara.
Tahun 2023 lalu misalnya tercatat tiga orang tewas akibat serangan Buaya Muara di Tojo Unauna dan Donggala. Serangan juga kerap dialami warga yang beraktivitas di Sungai Palu dan Sigi.
Soal serangan buaya, spesialis buaya dari CrocBITE dan IUCN Crocodile Specialist Group yakni kelompok pemerhati global buaya menyebut serangan buaya muara ke manusia di Indonesia adalah yang terparah di dunia.
CrocBITE mencatat terjadi 980 serangan buaya muara di Indonesia tahun 2014 hingga Agustus 2023, sekitar 455 orang tewas akibat serangan itu.
Meski terkenal buas Buaya Muara atau Coodylus Porosus tergolong ke dalam satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah dalam beberapa tahun terakhir memasang papan atau informasi tentang habitat Buaya Muara dan aturan di sejumlah titik di beberapa daerah. Warga juga diminta melapor ke petugas jika terjadi konflik dengan buaya.
Namun amarah warga kerap kadung terlampiaskan sebelum petugas datang, seperti yang dilakukan warga Desa Sausu Peore, Kabupaten Parimo tersebut
“Kalau memang tidak ada cara lain, terpaksa kita harus matikan, apakah dicari sampai dapat, atau kita potas saja airnya, karena buaya ini sering menyerang warga,” kata Kepala Desa Sausu Peore, Ismail, Kamis (14/3/2024).