PALU, rindang.ID | Perum Bulog Kantor Wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) mulai melakukan penyerapan gabah kering panen (GKP) pada tahun ini, menyusul perubahan kebijakan dari Bulog pusat yang diterbitkan awal April 2025.
Langkah ini merupakan pertama kalinya Bulog Sulteng menyerap gabah langsung dari petani, setelah sebelumnya seluruh target pengadaan difokuskan pada beras.
Pimpinan Wilayah Bulog Sulteng, Elis Nurhayati, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan tersebut mendorong seluruh kantor wilayah Bulog di Indonesia, termasuk Sulteng, untuk melakukan penyerapan GKP.
Sebelumnya, kegiatan penyerapan gabah hanya dilakukan di 11 provinsi sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Selatan.
“Sejak ada target GKP ini, Bulog Sulteng selalu menanyakan kepada petani di lokasi panen apakah mereka akan menjual gabah atau tidak. Ditemukan bahwa ada satu wilayah, yaitu di Toribulu, yang budayanya memang menjual gabah, sehingga Bulog melakukan penyerapan gabah di wilayah tersebut,” ujar Elis Nurhayati.
Penyerapan pertama dilakukan di Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, dengan volume 10 ton gabah kering panen yang dihargai Rp6.500 per kilogram. Wilayah ini dipilih karena budaya petaninya yang memang terbiasa menjual gabah, berbeda dengan mayoritas petani di Sulteng yang cenderung menjual beras.
Sebelumnya, target pengadaan Bulog Sulteng dari Januari hingga April 2025 sebesar 3.894 ton setara beras, seluruhnya difokuskan pada penyerapan beras.
Dengan adanya perubahan kebijakan ini, Bulog Sulteng kini memperluas skema penyerapan dengan menyertakan gabah, sebagai upaya mendukung stabilitas stok beras nasional.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat cadangan beras pemerintah dan memberikan alternatif pemasaran hasil panen bagi petani di daerah yang potensial.
