Salah satu Hulu Sungai Lariang di Desa Maholo, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (Foto: Agus/rindang.id)

POSO, rindang.ID | Tidak hanya menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang tinggi, Taman Nasional Lore Lindu juga menjadi penopang sumber air bagi ratusan ribu jiwa hingga di luar kawasan.

Pentingnya pelestarian Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) selama ini erat kaitannya dengan keanekaragaman hayati yang ada dalam kawasan seluas lebih dari 115 ribu hektare tersebut.

Satwa-satwa endemik Sulawesi; Anoa, Maleo, Babi Rusa, Tarsius, Kuskus Sulawesi, aneka anggrek, Kantong Semar, dan berbagai tanaman lainnya menjadi alasan pentingnya upaya pelestarian dan perlindungan dilakukan.

Selain itu, taman nasional yang berada di Kabupaten Sigi dan Poso itu ternyata juga punya peran penting sebagai hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Lariang dan Sungai Palu yang menjadi penyangga kehidupan masyarakat sekitar kawasan hingga jauh di luar kawasan.

Data dan Analisis Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) menyebut tingkat penggunaan air dua DAS itu mencapai jutaan meter kubik (M3) pertahunnya.

“Jumlah penggunaan air setiap tahun pada DAS Lariang dan DAS Palu yang hulunya dari TNLL sebanyak 1.164.634.259 M3 pertahun atau jika dirupiahkan sebesar Rp5,8 triliun pertahun,” Kepala BBTNLL, Titik Wurdiningsih mengatakan.

301 desa dan 674.676 jiwa bergantung pada dua DAS yang berhulu di TNLL tersebut. Selain untuk kebutuhan pertanian, perkebunan, juga pengelolaan jasa lingkungan seperti wisata.

Upaya menjaga dan melindungi ekosistem hulu DAS itu penting untuk memastikan sumber air tetap terjaga dan bermanfaat, baik untuk makhluk hidup dalam TNLL maupun di luar.

BBTNLL kata Titik berupaya terus berkolaborasi dengan berbagai pihak terutama masyarakat sekitar kawasan untuk upaya tersebut.

Sungai Lariang sendiri adalah sungai terpanjang di Sulawesi dengan aliran sepanjang 245 km, melintasi Provinsi Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Barat.

Hulunya berada di sekitar Lembah Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah di antaranya Sungai Salo Rampo di Desa Maholo dan Sungai Owai Tawalia di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara.

DAS Lariang bermuara di Selat Makassar tepatnya di Desa Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *