Tina (ibu) Ngata Toro, Rukmini Paata Toheke menunjukkan kain kulit kayu berbahan kulit pohon beringin. (Foto: Heri/rindang.id)

RINDANG, SIGI | Tak ingin budaya kain kulit kayu hilang dan dilupakan, masyarakat adat Desa Ngata Toro di Kabupaten Sigi menjadikan konservasi pohon sebagai jalan melestarikannya.

Kain kulit kayu menjadi salah satu kekhasan dari desa adat Ngata Toro, di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Turun temurun pengetahuan membuat kain tradisional itu diwariskan melalui Sekolah Adat Ngata Toro.

Namun upaya menjaga tradisi itu bukan tanpa tantangan. Salah satunya bahan baku yang terbatas karena mengandalkan bahan dari kulit Pohon Beringin atau Pohon Nunu warga setempat menyebutnya.

Anak-anak ikut menanam bibit Pohon Nunu (Beringin) di Desa Adat Ngata Toro, Sigi. (Foto: Hendrik)

Sadar akan pentingnya pohon beringin bagi masa depan warisan tradisional mereka, upaya konservasi beringin pun digagas warga di desa tersebut sejak awal tahun 2024.

“Kami berharap pengrajin kain kulit kayu tidak lagi kesulitan bahan baku. Mereka bisa mendapatkannya di sini,” Rukmini Paata Toheke, Perempuan Adat Ngata Toro mengatakan.

Perempuan di desa itu lah yang menjadi inisiator konservasi Pohon Beringin. Secara berkala bibit-bibit pohon itu mereka tanam di desa, di antaranya di sekitar sungai dan area lahan dengan kemiringan tertentu.

Bukan tanpa sebab lokasi-lokasi itu dipilih. Rukmini bilang pengetahuan lokal di desa itu mengajarkan cara itu bisa meningkatkan debit air, mencegah longsor, menjadi penyedia makanan bagi burung rangkong, bahkan berfungsi menyuburkan tanah.

Anak-anak ikut menanam bibit Pohon Nunu (Beringin) di Desa Adat Ngata Toro, Sigi. (Foto: Hendrik)

“Dua sampai tiga tahun ke depan pohon yang ditanam bisa dipanen untuk bahan baku. Konservasi itu juga berguna untuk menjaga lingkungan, itu bagian dari kearifan lokal yang terus diajarkan di sekolah adat,” Rukmini menceritakan.

Dalam Bahasa Toro sendiri budaya membuat kain kulit kayu itu dinamakan ‘Lumu Nunu’.

Kain kulit kayu selain menjadi pakaian untuk perlengkapan upacara adat di Desa Toro, juga menjadi incaran wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut sebagai oleh-oleh.

Selain dijadikan pakaian, warga juga membuat beragam kerajinan dari kulit Pohon Nunu, seperti tas.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *